Pages

Welcome >>> Hi >>> selamat datang semoga bermanfaat

Sunday

Menganggap Tujuannya MUSTAHIL

           Sungguh memprihatinkan bahwa sangat sedikit orang yang berani menetapkan tujuan. Lebih memprihatinkan lagi kenyataan bahwa banyak diantara orang yang sedikit itu jufa merasa bahwa tujuannya MUSTAHIL. Boleh orang lain menganggap tujuannya mustahil, namun bila kita sendiri sudah mempunyai pendapat bahwa tujuan itu mustahil, hilang sudah kemungkinan untuk bisa tercapai tujuan tersebut. Ketika orang menganggap tujuannya mustahil dia tidak akan melakukan apapun untuk mengejar tujuannya. Dengan demikian itu, karena dia merasa bahwa apa yang dia lakukan tak akan mencapai tujuan, tindakannya pun akan asal-asalan. Dia akan malas-malasan, ragu-ragu, tidak serius,penuh ketidak sungguhan, tidak bertenaga, tidak fokus. Dengan demikian, sudah jelas, hasilnya pun tidak akan memuaskan. Manusia cenderung melakukan sesuatu seusai dengan keyakinannya. ketika keyakinannya adalah mustahil, tindakannya akan loyo, Bila hasilnya jelek, dia akan semakin percaya bahwa tujuannya mustahil.


Tidak Merasa Harus

Bila kita menentukan tujuan, tetapi tidak merasa harus, tidak akan ada dorongan kuat untuk mencapainya. Walaupun kita mampu untuk mencapai tujuan tersebut, kita tidak termotivasi untuk mencapainya, karena kita tidak merasakannya sebagai keharusan.


          Kalau kita tidak merasakannya sebagai suatu keharusan dari dalam diri sendiri, rintangan kecil saja susah cukup untuk menggagalkan upaya kita untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh , Walapun kita sudah menentukan tujuan bahwa mobil kita ditahun depan adalah Mercedes Benz, kalau kita tidak merasakannya sebagai keharusan, tidak mustahil bahwa setahun begitu saja berlalu dan kita tidak membeli mobil itu, walaupun kita punya cukup uang untuk membelinya.


Tidak Punya Strategi yang Terbukti Berhasil


               Walaupun kita sudah mempunyai keyakinan yang tepat, tujuan atau goal yang tepat, dan merasa harus, tetapi kalau strateginya salah, tetap saja kita tidak akan mencapai tujuan kita. Misalkan, kita sudah mempunyai tujuan yang jelas untuk melihat matahari terbit dan mempunyai alasan yang tepat, sampai-sampai kita bertahan untuk tidak tidur begitu terjaga pada jam empat pagi, tetapi bila kita berjalan dan melihat ke arah barat terus, kita akan melihat matahari terbit, kecuali bila kita terpeleset dan terbalik ke arah timur, ke arah matahari terbit.



Tidak mengetahui jalur yang  Alamiah atau Paling Mudah untuk Mencapai tujuan


           Seperti mur dan baut, kalau mur nya terlalu besar, baut yang masuk pun tidak berguna. Sedang kalau mur nya terlalu kecil, usaha sekeras apapun terasa sia-sia. memang kita bisa memaksakan baut yang terlalu kecil masuk ke dalam mur, tapi untuk itu dibutuhkan   usaha yang lebih keras dan sering kali kita tidak menikmati proses maupun hasilnya.


Tidak Punya Rencana yang Realistik


Ketika kita menentukan tujuan apa pun, tanpa rencana yang realistik kita akan kesulitan menjalankan rencana ini, dan akan kesulitan mencapai tujuan tersebut.

Tidak Melakukan Tindakan Sesuai dengan Rencana


Kesalahan berikutnya kenapa oranga tidak menjadi kaya adalah bahwa dalam prosesnya sering sekali orang tersebut tergoda untuk keluar dari action plan-nya. Rencana harus ditekuni. Rencana yang pelaksanaannya justru menjauhkan kita dari tujuan tentu harus kita ubah. Tetapi, bila kita tahu bahwa rencana aksi kita mengarah ke pencapaian tujuan, kita harus konsisten melakukan rencana itu untuk mengejar tujuan yang sudah ditetapkan.




Tidak Melakukan Monitor dan Penyelarasan


Alasan berikut kenapa kita tidak mencapai tujuan kita adalah karena kita tidak memonitor prosesnya dan tidak peka terhadap hasil, apakah mengarah ke tujuan atau tudak.

Banyak orang sudah melakukan rencananya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan tetapi tidak pernah mau memonitor dan mengukur. Ada juga orang yang melakukan pengukuran setahun sekali, atau mengkajinya setahun sekali, dan tahu-tahu mereaka sudah terlambat.



Meletakkan Tanggung Jawab Kepada Orang Lain


Tiga hal yang bisa terjadi pada seseorang, yaitu : BEJ

  • Blame
  • Excute
  • Justify

Ketika seseorang mulai blame ( menyalahkan ) orang lain, menyalahkan faktor ekonomi, menyalahkan situasi, orang tidak akan belajar dari kegagalannya, dan orang yang tidak belajar dari kegagalannya adalah orang yang gagal sesungguhnya. Kelemahan yang paling besar dari orang yang menyalahkan segala sesuatu adalah bahwa dia merasa benar dan tidak perlu bertindak lagi. ketika seseorang mulai mengajukan Excuses ( beralasan ), seperti mengatakan terlalu muda, terlalu tua, cuma lulusan SMP, tidak berbakat, saya seorang perempuan, saya laki-laki, saya cuma........, saya terlu......, saya tidak......, dan lain sebagainya, orang seperti itu tidak akan bertindak sama sekali. Dan bila tidak ada tindakan apapun, tidak ada hasil apapun.


       Justify atau pembenaran adalah upaya orang untuk menutupi kelemahan atau kemalasannya untuk berubah menjadi lebih baik dengan membenarkan keadaannya, sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya. Misal, " Terang saja saya tak berhasil, karena saya tidak punya gelar! Dan sama sekali tak mengherankan kalau Amir selalu mendapat promosi karena dia lulusan luar negeri!" 
Ketika melihat orang lain lebih hebat daripada dirinya, orang seperti ini akan melakukan pembenaran tanpa terinspirasi untuk belajar atau menjadi lebih hebat. 
kata-kata orang seperti ini khas sekali. Mereka suka menggunakan ungkapan seperti " Terang saja.....", Tidak heran.....", Sudah tentu....",Tentu saja....".Sudah Selayaknya...", Sudah layak dan sepantasnya....", Bila melihat anak orang kaya, seseorang yang suka melakukan Justify akan mengatakan, " Tentu saja, anak orang kaya, sekolah diluar negeri, dapat modal banyak, sudah layak dan sepantasnya kalai dia......"


           Semua ungkapannya itu sebenarnya disampaikan, atau digumamkan pada dirinya sendiri, dengan maksud untuk membenarkan keadaannya. Dalam contoh diatas, kalau orang serpti itu bergumam " Tentu saja, anak orang kaya, sekolah diluar negeri, dapat modal banyak, sudah layak dan sepantasnya kalau dia...." dia secara tidak langsung juga mau menegakkan sesuatu, yaitu " Nah, saya kan bukan anak orang kaya, bukan lulusan luar negeri, tak punya modal, maka wajar saja kalau saya tidak bisa berhasil..."

Yang menyedihkan ialah bahwa apapun yang dikatakan orang yang suka BEJ ini ada kebenarannya. Memang benar kalau misalnya orang umur 19 tahun berkata, " saya baru berumur 19 tahun Kok, kan belum punya pengalaman."
Benar bahwa dia berumur 19 tahun. Benar bahwa dia belum punya pengalaman. Tapi belum tentu benar bahwa sukses itu mengandaikan pengalaman. Dalam contoh diatas, benar bahwa anak orang kaya yang sukses itu memang sekolah diluar negeri dan mendapat modal banyak.
Orang yang suka BEJ memakai kebenaran itu sebagai alsan untuk kemalasan dan keengganannya untuk berubah, sehingga kebenaran-kebenaran ini tidak ada manfaatnya. Satu-satu nya manfaat adalah hanya membuat orang tersebut jadi hancur karena tidak belajar dan bertindak untuk menjadi lebih baik.



Mudah Menyerah


Banyak orang mengalami kejadian seperti seseorang yang menggali emas. Mereka menghentikan penggalian emas tersebut 30cm sebelum cangkulnya kena emas.



Tidak Mengelola Hidup Seperti Bsinis yang Harus Untung


Setiap tahun tidak ada hasil yang bertambah dalam hidupnya. jadi hidup seprti sia-sia, tidak ada yang dihasilkan. Bila bisnis dalam sekian tahun tidak ada yang surplus, bisnis tersebut akan ditutup. Tidak bisa kita menggunakan alasan bahwa karena biaya operasional memang besar, hasil usaha hanya bisa untuk menutup biaya operasional. hasil usaha harus lebih besar daripada smua biaya. Nah, demikian juga dalam hidup. Entah sesedikit apapun hidup kita harus surplus setiap tahun.



Terpengaruh oleh Pesimisme dan Optimisme Orang Lain


Ketika kita terpengaruh oleh orang lain meskipun orang tersebut termasuk dari 5% orang yang menguasai 90% uang yang beredar , kita dalam kondisi kurang menguntungkan, karena kalau kita tidak mempunyai sistem sendiri, mungkin kita akan menang disuatu waktu, namun kita tidak tahu kenapa kita menang. hal ini akan mengakibatkan omptimisme tanpa dasar yang kuat dan akan mengakibatkan kekalahan fatal berikutnya.


Walaupun kurang menguntungkan, masih lebih baik kita terpengaruh oleh 5% orang yang menguasai 90% uang yang beredar. Celaka kita kalau kita terpengaruh optimisme dan pesimisme orang rata-rata, karena kita akan menjadi bagian dari orang rata-rata tersebut. Tidak ada kemenangan sama sekali.



Tidak Punya Mentor yang Baik

Bila dalam ini kita harus mencoba sendiri segala hal, kita akan menghabiskan waktu dan energi yang jauh lebih banyak dibandingkan bila kita bisa belajar dari orang yang sudah sukses di bidang yang kita inginkan. Dan rata-rata orang bertanya kepada 95% orang yang rata-rata, maka hasilnya juga akan rata-rata. kalau kita ingin sukses, kita harus "bertanya" kepada orang yang diatas rata-rata dan "mendengarkan" nasihat mereka, entah kepada 5% yang terbaik atau 1% yang paling baik. Dengan sengaja kata "bertanya" dan "mendengarkan" disini diberi tanda kutip. Maksudnya, bisa secara langsung maupun tidak langsung dengan mendengarkan rekaman pembicaraannya, ,membaca tulisannya, mengikuti seminarnya.







No comments:

Post a Comment